on
PAI
Sejarah Azan
- Get link
- X
- Other Apps
Fiqih Kurban- Sejarah, Puasa Tarwiyah dan Arafah- Assalamualaikum Wr Wb .... Hallo semua para pembaca yang budiman, pada keempatan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan materi kita tentang Kurban, yang pada postingan kali ini tema yang akan kita bahas yakni tentang : Fiqih Kurban- Sejarah, Puasa Tarwiyah dan Arafah, Lengkap.
Mari langsung saja kita simak uraian materi selengkapnya dibawah berikut ini!
Didalam sebuah kitab yang bernama Misykatul Anwar dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim waktu itu tercatat sebagai seorang yang kaya raya atau miloner. Kekayaanya terdiri dari : 1000 ekor Domba, 300 ekor Lembu dan 100 ekor Unta. Di dalam cerita riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Ibrahim memiliki hewan peliharaan hingga mencapai 12.000 ekor. Sebuah angka dengan jumlah yang fantastis di zamannya.
Suatu hari, Nabi Ibrahim bertemu dengan seseorang, lalu mereka bercakap-cakap :
Seseorang tersebut bertanya kepada Nabi Ibrahim : "Kepunyaan siapakah hewan ternak sebanyak ini?"
Nabi Ibrahim kemudian menjawab : "Kepunyaan Allah swt. namun untuk saat ini hewan peliharaan ini masih milik ku. Jika suatu saat nanti Allah menghendaki untuk mengambilnya, pasti akan aku serahkan semuanya. Jangankan hanya hewan ternak, apabila Allah menginginkan anak kesayanganku yaitu Ismail AS. maka pasti akan aku berikan (korbankan)."
Dan dijelaskan didalam kitab tafsir Al Qur'an Ibnu Katsir, bahwa pernyataan pengorbanan Nabi Ibrahim tersebut dijadikan oleh Allah swt sebagai bahan ujian untuknya, guna untuk menguji atas ketaqwaan dan keimanannya kepada Allah swt.
Waktu itu usia anaknya yaitu sekitar 7 tahun. Perintah untuk mengorbankan anaknya tersebut didapatnya melalui mimpinya yang setelah melalui pemikiran atau perenungan maka diyakini bahwa mimpi itu adalah haq atau benar.
Didalam mimpi tersebut, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya dengan tangannya sendiri.
Jika kita fikirkan, bagaimana perasaan seorang ayah yang setelah menanti begitu lama untuk mendapat seorang anak, giliran sudah mendapatkan anak dan anak tersebut merupakan anak kesayangannya tapi harus rela dikorbankan dengan cara disembelih dengan tangannya sendiri. Namun, karena itu semua perintah Allah, sebagai seorang hamba dan Nabi nya, Nabi Ibrahim tetap teguh menjalankannya. Begitupun dengan sang anak, yang menerimanya dengan sepenuh hati dan ikhlas.Lebih lagi bahwa nabi Ibrahim dahulu juga pernah mengatakan siap mengorbankan anaknya jika Allah menghendakinya.
Di dalam, Al Qur'an, diceritakan ketika Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya kepada anaknya, yaitu :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Nabi Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat : 102)
Setelah nabi Ibrahim menyampaikan dan Nabi Imail yang kala itu masih kecil menerimanya. Maka pelaksanaan praktek penyembelihan pun akan dilaksanakan. Sebelum di laksanakan, Nabi Ismail meminta agar tangannya di ikat dan pisaunya diasah yang tajam agar mudah dalam proses penyembelihan, tujuan tangan di ikat agar ia tidak terlalu keras menggeleparnya saat disembelih.
Proses penyembelihan tersebut terjadi pada tanggal 10 dzulhijjah. Menurut cerita, Nabi Ibarahim pergi dengan Nabi Ismail tanpa memberitahukan sang Istri. Dan iblis menggoda istri Nabi dengan membocorkan rahasia tersebut, namun Istri Nabi tidak percaya dengan kata-kata Iblis dan melemparnya menggunakan batu.
Kemudian iblis tersebut menggoga Nabi Ibrahim dan Anaknya Ismail, namun tidak berhasil. Oleh nabi Ibrahim, iblis terebut dilempar dengan batu sambil mengucap "Bismillahi Allahuakbar" yang menurut cerita, peristiwa pelemparan batu ini di abadikan sampai sekarang ini yaitu saat pelemparan jumroh didalam rangkaian ibadah Haji dan Umroh.
Pada saat proses penyembelihan, saat pisau yang sudah diasah tajam menyentuh kulit leher Nabi Ismail, dengan izin Allah pisau tersebut tidak mempan seperti pisau yang tumpul. Nabi Ismail mengira bahwa ayahnya mungkin kurang bersungguh-sungguh dalam menyembelihnya, kemudian ia meminta agar wajahnya ditutupi saja. Lalu di sembelihkan lagi namun pisau yang tajam tersebut tiba-tiba tumpul dan tidak mampu melukai leher nabi Ismail.
Sampai akhirnya Allah swt. mangganti sembelihan tersebut dengan kambing atau domba dan meridloi atas ketawakalan Nabi Ibrahim dan Anaknya Nabi Ismail.
Kejadian tersebut diabadikan didalam Al Qur'an surah As Shafat : 107-110, Allah swt berfirman :
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Dari peristiwa tersebut diatas, Malaikat Jibril kagum melihat Keimanan dan Ketaqwaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, lalu mengucapkan takbir "Allahuakbar" sebanyak 3x, kemudian disambung oleh Nabi Ibrahim : "Laa Illaha Illallahuwallahuakbar", kemdian disambung lagi oleh Nabi Ismail : "Allahuakbar wa Lillahilhamd".
Ucapan tersebut diabadikan oleh umat muslim sampai saat ini ketika menyambut hari raya yang sering kita kenal dengan sebutan "Takbiran".
Inilah sejarah singkat awal mula adanya ibadah kurban, yang kemudian di syariatkan didalam agama Islam dan hingga saat ini umat muslim melaksanakannya setiap tahun di bulan Dzulhijjah tanggal 10 dan hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Dzuhijjah).
نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى
Artinya : “Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.“
نويتُ صومَ عرفة سُنّةً لله تعالى
Artinya : “Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah ta’ala.“
صَومُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةٌ سَنَةً وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةٌ سَنَتَيْنِ
Artinya : "Puasa Hari Tarwiyah menghapus dosa, dan puasa Hari Arafah menghapus dosa dua tahun." ( Jamiul Ahadits, XIV, 34 )
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
Artinya : “Tidak ada hari yang lebih banyak dari Allah yang dikeluarkan dari api neraka selama hari Arafah.”
Abnu Abbas ra meriwayatkan Rasulullah saw bersabda:
Artinya : “Tidak ada perbuatan yang lebih penting dari Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah! Bagaimana jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad di jalan Allah selain lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid ), ” (HR Bukhari)
Demikianlah pembahasan materi kita tentang Fiqih Kurban- Sejarah, Puasa Tarwiyah dan Arafah. Semoga bemanfaat ...
Wassalamualaikum Wr Wb...
Baca Juga :
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Anda