Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2

Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2 Kelas 11 MA/SMA Dan Soal- Assalamualaikum Wr Wb... Hallo semua, pada kesempatan kali ini kita akan membahas materi tentang Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2 Penjelasan Qs. Al Anfal : 72. Materi ini merupakan materi bab 2 pelajaran Al Qur'an Hadits kelas 11 Aliyah.

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan kalian bisa mencapai tujuan pembelajaran yaitu :

  1. Memahami tentang hukum bacaan tajwid yang ada pada ayat Qs. An Anfal : 72 
  2. Mampu membaca, menghafal dan menerjemahkan ayat Qs. An Anfal : 72
  3. Mampu menjelaskan kembali ayat tentang Mujahadatun nafs
  4. Mampu mengamalkan ayat tentang Mujahadatun nafs dalam kehidupan sehari-hari
  5. Mampu meyakini diri sendiri dan orang lain hikmah dari Mujahadatun nafs

Untuk itu, silahkan disimak uraian materinya dibawah baik-baik ya!

Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2

Yuk Kita Memahami Al Qur'an 

Qs. Al Anfal : 72

Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2

Lafaz Bacaan Latinnya

"Innalladziina aamanuu wahaa jaahaduu bi amwaalihim wa angfushim fii sabiilillaahi wal ladziina aawau wanashoruu ulaa-ika ba’dhuhum awliyaau ba’dhin waalladziina aamanuu walam yuhaajiruu maa lakum min walaayatihim min syay-in hattaa yuhaajiruu wa-ini istansharuukum fii alddiini fa’alaykumu alnnashru illaa ‘alaa qawmin baynakum wabaynahum miitsaaqun waallaahu bimaa ta’maluuna bashiirun".

Terjemahannya

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhājirīn), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi)  jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. al-Anfāl [8] : 72)

Penjelasan Ayat

Di dalam peristiwa hijrahnya Nabi bersama dengan para sahabatnya ke Madinah, terdapat tiga golongan pada waktu yaitu :

Golongan Pertama adalah golongan kaum Muhājirı̄n yakni : orang-orang yang ikut berhijrah bersama dengan Nabi Muhammad SAW dari kota Mekah ke kota Madinah. Karena mereka mengalami kekerasan, penyiksaan dan juga kekejaman yang dilakukan oleh golongan kaum kafir namun mereka tetap bersabar dan tetap dalam imannya. 

Golongan Kedua yaitu golongan kaum Anṣār yakni orang-orang penduduk Madinah yang beriman kepada Allah SWT, dan berjanji kepada Nabi Muhammad SAW dan para kaum Muhājirı̄n untuk bersama-sama berjuang di jalan Allah (Fiisabilillah). Mereka bersedia mau menolong dan berkorban dengan harta dan jiwa mereka demi keberhasilan perjuangan agama Islam. Allah memberikan dua sebutan mulia kepada mereka sebagai “pemberi tempat kediaman” dan “penolong dan pembantu”. 

Golongan Ketiga ialah kaum yang tidak termasuk didalam keduanya, mereka itu tetap tinggal di kota Mekah yang dikuasai oleh golognan kaum kafir. Mereka tidak dapat disamakan dengan golongan kaum Muhājirı̄n dan golongan kaum Anṣār sebab mereka tidak berada didalam lingkungan masyarakat Islam, namun hidup di lingkungan orang-orang kafir. 
Oleh karena itu, hubungan antara mereka (orang muslim yang tetap diMekah) dengan kaum muslimin di Madinah tidaklah bisa disamakan dengan hubungannya antara golongan kaum Muhājirı̄n dan golongan kaum Anṣār dalam masyarakat Islam. 

Hubungan antara sesama mukmin di Madinah sangatlah erat bahkan seperti saudara satu keturunan yang tidak bisa lagi dibedakan hak dan kewajiban. Namun hubungan antara mereka (Muslim diMekah) dengan mukmin di Madinah hanya diikat atas dasar keimanan saja.

Kaum Muhājirı̄n dan juga kaum Anṣār telah memberikan contoh teladan dalam Mujāhadatun-nafs.

Pengertian Mujahadatun-Nafs

Menurut bahasa mujāhadah artinya adalah bersungguh-sungguh, sedangkan An-nafs artinya adalah jiwa, nafsu, diri. Maka mujāhadatun-nafs dapat diartikan sebagai perjuangan sungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh untuk menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah swt. 
Didalam bahasa Indonesia mujāhadatun-nafs dapat disebut dengan kontrol diri. Kontrol diri ialah salah satu perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh setiap muslim.

Pembagian Nafsu Manusia

Didalam al Qur'an, nafsu yang ada pada diri manusia terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
  1. An-nafsul-ammārah, ialah sebauh nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan atau perbuatan buruk, sebagaimana yang dinyatakan dalam QS. Yūsuf [12]: 53 yaitu :

    Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2

  2. An-nafsul-lawwāmah, yakni nafsu yang mendorong manusia kepada penyesalan pada tiap perbuatan buruk sebagaimana yang dinyatakan didalam QS. al-Qiyāmah [75]: 2 yang berbunyi :

    Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2


  3. An-Nafsul-Muṭmainnah, Yakni nafsu yang membawa jiwa manusia menjadi tenang sebagaimana yang dinyatakan dalam QS. al-Fajr [89] : 27-30, yaitu :

    Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2
Dari ketiga nafsu diatas yang disebutkan al-Qur’an tersebut, bisa kita ketahui bahwa an-nafsul-ammārah yakni mendorong manusia untuk berbuat maksiat. 

Kemaksiatan teresbut  akan menjauhkan diri dari rahmat Allah swt serta akan menimbulkan kegelisahan di dalam hati. 

Oleh karena itu, agama Islam mengajarkan mujāhadatun-nafs ini agar  hidup kita bahagia dunia dan akhirat. 

Hawa nafsu mempunyai kecenderungan untuk mencari berbagai macam hal kesenangan dengan tidak mempedulikan aturan-aturan agama. 

Apabila kita menuruti hawa nafsu maka sesungguhnya hati kita ini telah tertawan dan diperbudak oleh hawa nafsu itu. 

Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa jihad melawan hawa nafsu ituadalah sebagai jihad besar (jihādul-akbar), sedangkan jihad seperti berperang di medan peperangan disebut sebagai jihad kecil (jihādul-aṣgar). 

Mengapa demikian? Hal ini disebabkan jihad melawan nafsu berarti jihad melawan hal-hal yang menyenangkan, digemari, dan disukai ole diri. Sedangkan jihad berperang di medan peperangan merupakan jihad melawan musuh yang kita benci. 

Bukankah menghindari sesuatu yang mana kita senangi itu jauh lebih berat daripada menghindari sesuatu yang kita benci apalagi nampak? 

Dalam sebuah  hadis dijelaskan :
Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2

Demikianlah pembahasan materi kita tentang Hidup Lebih Damai Dengan Mujahadatun-Nafs, Huznuzan Dan Ukhuwah #2. Semoga bermanfaat ...

Soal!

  1. Tuliskan satu contoh dalam ayat Qs. An Anfal : 72 tentang hukum bacaan tajwid mad arid lissukun?
  2. Apa pengertian Mujahadatun-Nafs menurut bahasa dan istilah?
  3. Sebutkan 3 macam nafsu yang ada pada diri manusia?
  4. Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah kaum Muhajirin dan Ansar sebagaimana yang termaktub didalam Qs. An Anfal : 72?
  5. Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi, bahwa jihad yang paling besar adalah jihad melawan hawa nafsu, mengapa demikian?
Baca juga : 
 👉 Hadits Tentang Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Referensi materi :
 👉 Buku Siswa Al Qur'an Hadits Kelas 11 MA/SMA Kurikulum 2013

Comments